Haruskah Berteriak Untuk Mengancam Anak?


Dwina.net - Seorang anak adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya. Dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat pula membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya.

Hal ini terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata, namun setelah itu tidak ada tindak lanjut. Atau mungkin kita sudah lupa dengan ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan. Terlebih lagi jika ancaman itu dikeluarkan dalam bentuk teriakan. Haruskah berteriak untuk mengancam anak?

Satu pertanyaan yang muncul, kenapa harus berteriak? Untuk menunjukkan kemarahan atau supaya didengar? Kedua-duanya boleh jadi benar. Sebab, umumnya seseorang berteriak sebab dua hal tersebut.

Orang tua berteriak pada anak mungkin untuk menimbulkan rasa takut pada anak. Cara ini mungkin bisa mendiamkan anak, tapi tahan berapa menit? Bisa jadi hanya bertahan 5 menit, setelah itu anak akan kembali aktif dan akhirnya orang tua akan berteriak lagi.

 Baca Juga : Tiga Rumus Present Tense Yang Bikin Kamu Mahir

Ada contoh kasus sebagai berikut: "Ani, jangan manjat! Nanti kalau jatuh ngga ada yang nolongin ya!"

Apakah ketika anak diteriaki seperti itu dia akan langsung turun? Belum tentu, sebab umumnya rasa penasaran anak akan jauh lebih besar dari ancaman kita. Dan, apakah ketika anak bener-bener jatuh, kita hanya mendiamkan? Kayaknya jarang terjadi, kecuali memang ada segelintir orang tua yang tega melihat anaknya kesakitan.

Contoh kasus lain : Ada dua orang kakak adik yang sedang berebut mainan. Sang ibu yang sedang asyik memegang gawai langsung marah dan berteriak. "Jangan berantam, nanti ngga Mama kasih makan ya!" Ini contoh kalimat ancaman tanpa tindakan. Yang lebih parah lagi sang ibu tidak beranjak dari tempat duduknya untuk melerai keributan anak-anaknya. Haruskah Berteriak Untuk Mengancam Anak?

Dari dua contoh kasus di atas, mungkin timbul pertanyaan. "Oh, kalau gitu lakukan setiap ancaman yang kita buat. Misal, contoh kasus satu. Anak manjat lalu terjatuh. Diamkan saja ia sebab tadi kita sudah mengancam kalau jatuh ngga ada orang yang menolong.

Atau seperti contoh kasus dua. Jika anak tetap bertengkar, jangan beri mereka makan. Sebab tadi kita sudah mengancam dengan kalimat tidak akan diberi makan jika bertengkar.

Sepintas, nampaknya kejam ya, Bu. Tapi, disini kita belajar untuk mengendalikan lisan meskipun saat sedang marah. Usahakan untuk tidak mengeluarkan kalimat yang berbau ancaman sebab dampaknya bisa berterusan hingga dia dewasa.

Ada seorang anak yang kerap diancam akhirnya dia tidak memiliki keberanian untuk memulai sesuatu. Semakin besar, ia semakin sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan, terutama lingkungan yang baru. Dia lebih merasa nyaman jika berada di dalam rumah dan mengikut kemana ibunya pergi. Terus menjaga prilaku agar sang ibu tidak lagi berteriak.

Ini bukan sebuah solusi, dan jangan anggap anak takut dengan kita. Tidak, dia kehilangan keberanian dan takut mencoba hal baru sebab selalu diteriaki. 


 Lalu, bagaimana caranya agak kedua belah pihak sama-sama dapat mengendalikan keadaan tersebut?

Baca Juga : Aktivitas Pagi di Masa Pandemi Covid-19 Yang Boleh Kamu Tiru 

Tak perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati anak, hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya. Perlihatkan ekspresi kita tidak senang atas prilakunya yang keliru. Orang tua juga boleh mempertegas dengan kata-kata "Abang, tolong pinjamkan mainan itu pada adik, ya. Ayah/Ibu tentu akan makin sayang dengan kamu."

Untuk kasus ke dua pula. Beri pengetian pada anak bahwa tindakannya itu berbahaya. Memanjat benda yang tinggi tanpa pengawasan orang dewasa sangat tidak aman untuk dirinya. Katakan padanya, "Kamu boleh manjat kalau ada yang menemani."

Tdiak perlu dengan ancaman atau teriakan-teriakan. Kita juga bisa menyatakan suatu pernyataan yang menjelaskan konsekuensi yang relevan misalnya "Abang, kalau kamu ngga mau minjamkan mainan ini. Ayah/Ibu akan simpan mainan ini jadi dua-dua tidak bisa bermain. Mainannya akan Ayah/Ibu kasih kalau kalian mau berbagi." Jadi, tidak harus berteriak untuk mengancam anak bukan?

Jika anak masih juga berebut mainan tersebut, tepati janji yang sudah diucapkan tadi. Ambil mainan tersebut dan simpan. Anak akan melihat bahwa orang tuanya bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Jadi lain waktu mereka akan berfikir sebelum berebut mainan. Semoga bermanfaat.



Back To Top