Kejuaraan Sepatu Roda Tingkat Kecamatan Kota Pekanbaru

Dwina.net - Kejuaraan Sepatu Roda Tingkat Kecamatan Kota Pekanbaru

Minggu pagi sebelum bencana asap melanda Pekanbaru aktifitas warga berjalan seperti biasa. Car Free Day .... masa dimana warga bebas jalan kaki di jalan protokol yang di alih fungsikan jadi arena CFD. Disini ngga cuma jalan-jalan aja, belanja, makan sampai event-event di gelar tiap minggunya. Ada aja yang baru seperti beberapa minggu lalu tepatnya tgl 8 September 2019 ada event perlombaan sepatu roda tingkat kecamatan kota pekanbaru.

Sebelum perlombaan tingkat kecamatan lebih dulu ada perlombaan antar klub sepatu roda. Di Pekanbaru memang ada beberapa klub yang sayangnya saya ngga tau nama-nama klub tersebut. Ya habis bukan salah satu anggotanya. Anaknya saya juga senengnya taekwondo bukan sepatu roda. Sepatu roda cuma iseng doang dia. hahahhaha

Kejuaraan  sepatu roda tingkat kecamatan  kota Pekanbaru ini dilaksanakan tgl 8 September 2019, start pukul 09:00 - 18:00 wib. Di Jl. Gajah Mada, Kota Pekanbaru dan dihadiri oleh Sekda Prov Riau, Dishub dan orang tua serta teman-teman sebagai supporternya.

dok pribadi

Well, baik lagi ke perlombaan ini. Awalnya Saya sendiri ngga tau kalau ada perlombaan. Tadinya cuma nganter anak latihan taekwondo, terus pulangnya mampir ke rumah kakak ipar. Eh di depan rumahnya ada event perlombaan sepatu roda. Nonton dong....

Sambil nonton sekalian kepo sama salah satu orang tua yang anaknya ikut perlombaan. Dari ibu yang Astaghfirullah.. Saya lupa nanya namanya.... #dikeplak

Si ibu cerita kalau kompetisi sepatu roda ini digelar sempena pra perlombaan tingkat provinsi. Artinya setiap pemenang akan di lombakan di kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Disini nantinya anak-anak akan bertanding melawan kabupaten lain seperti Siang, Kampar, Dumai, Kuantan Singingi, Pelalawan dan daerah lain di Riau. Pekanbaru tentu saja ikut dalam event ini. 

Selama melihat perlombaan dada saya terasa bergemuruh seolah anak saya ikut dalam pertandingan. Mereka masih kecil dan seumuran anak saya. Senang melihat mereka berani berkompetisi di usia semuda itu. Tidak mudah memang karena selama pertandingan ada beberapa peserta yang terjatuh dan menangis. Saya yang melihat pun deg-deg-an. 

dok pribadi
Berikan Pelukan Saat Anak Merasa Down
Ini pelajaran yang pertama saya petik. Sebab ketika itu ada anak yang ketika bertanding, terjatuh dan otomatis kalah. Sebab yang lain sudah mau masuk garisan finish. Dia tertinggal di belakang, tambahan lagi jatuh makin membuatnya down banget kan.

Lalu saya lihat dia menghampiri ayahnya di pinggir lapangan, sambil menangsi dia memeluk ayahnya. Saya miris karena sang ayah tidak membalas pelukannya. Malah tergambar jelas wajah kesalnya. Saya sedih dalam hati saya bilang "Sini Nak, biar saya yang memelukmu"

Ayah ibu kita tentu mahfum dalam tiap perlombaan pasti ada kalah dan menang. Ini wajar tapi hargailah keberanian mereka yang sudah mau berkompetisi di usai muda itu. Mereka masih kecil kalau dalam pandangan saya yang paling tua masih kelas 6 SD sedang yang termuda ada yang masih TK. Dan satu lagi yang penting, meluncur di medan berliku dengan sepatu roda yang berat itu sulit Pak, Buk....

Saya lihat mereka meluncur untuk terus mengayuh kakinya sekuat tenaga supaya jadi pemenang adalah hal yang harus di apresiasikan dan di dukung. Kalau anak down tugas orang tua memberi kekuatan. 

dok pribadi

Saling Menguatkan Antar Peserta
Ini hal positif yang saya lihat saat itu. Bagaimana mereka, anak-anak itu tidak saling menjatuhkan malah justru saling menguatkan satu sama lain. Mereka ngga memikirkan ini kompetisi, semua happy aja. Mungkin ini yang disebut bahagia ketika melakukan sesuatu yang mereka suka. 

Satu klub terdiri dari sekitar 10-15 orang di masing-masing usia yang berbeda dan dibagi antar putera dan puteri. Peserta termuda setau saya usia 5 tahun sedang yang paling senior sekitar 13 tahun. Untuk peserta usia 5 - 10 tahun jalurnya 300 meter. Sedang 11 - 13 tahun rutenya 500 meter. Berarti sekitar 4 kali pusingan. Karena rute yang harus mereka lewati berbentuk ovale dengan 2 tikungan. Nah yang sering tergelincir itu ketika menikung yang memang butuh skill lebih. 

Sedang yang jarak 500 meter berarti harus menikung sebanyak 4 kali dimana ketika tikungan terakhir nampak kelelahan. Jadi pelatih mengatur strategi untuk putaran pertama dan kedua sebaiknya dilakukan lebih santai namun tetap fokus lalu ketika pusingan terakhir baru gas poll.

Hasil pertandingan di umumkan sore jadi mereka pertanding dari pagi hingga sore, kebayang ngga itu capeknya. Kita sih yang lihat seru-seru aja. Siapa yang ngga seneng coba lihat mereka meluncur dan menikung dengan kecenya. Rame-rame pulak. Syukurnya para orang tua stand by di samping anak-anak mereka.
Back To Top