8 Gejala Postpartum Depression yang Sering Dialami Ibu Setelah Melahirkan

Dwina.net - Memiliki anak adalah pekerjaan yang tidak mudah. Meskipun awalnya mungkin kita berfikir akan mudah. Memiliki bayi lucu yang lahir dari rahim sebagai bukti buah cinta atas pernikahan yang dijalani. Namun nyatanya tidaklah semudah yang diimpikan. Ada saja kendala yang tiba-tiba muncul saat kita memiliki bayi. Kita tiba-tiba bertanggung jawab penuh atas seorang yang sangat rapuh. Ditambah lagi kita akan menghadapi kesulitan tidur, perubahan hormon yang cepat, dan beragam tekanan budaya dari orang di sekeliling kita.

Tidak heran ketika 9-16% ibu akan mengalami depresi pasca melahirkan atau postpartum depression. Ini semua bukan salah ibu, melainkan merupakan gabungan dari genetik, hormonal, kekurangan dukungan dari orang sekeliling, dan juga stress. Oleh sebab itu penting bagi calon ibu baru untuk prepare hal ini sedari awal. Jangan sungkan untuk minta bantuan dan obat terbaik untuk ibu pasca melahirkan adalah dukungan moril dan spirituil.

PPd
pixabay

Semua penyebab ini akan bisa membuat kehidupan setelah melahirkan menjadi lebih sulit. Menjadi tidak mudah untuk melalui masa yang seharusnya membahagiakan ini. Karena semuanya menjadi berat dengan luapan emosi, dan juga perasaan yang tidak menentu. 

Pernah dianggap sebagai hal yang tidak penting dan coba selalu dianggap tidak ada, perempuan dengan postpartum depression kini sudah bisa bersuara. Karena memang hal ini bukanlah hal yang tabu, jika kita mendapat dukungan dari banyak orang di sekeliling kita.

Untuk itu, berikut ini adalah beberapa mitos tentang postpartum depression dan juga beberapa gejala yang muncul. Semua informasi ini bisa bermanfaat bagi ibu yang mulai mengalami gajalanya, dan membutuhkan pertolongan ahli sedini mungkin.

Postpartum Depression Tidak Hanya Terjadi Setelah Kelahiran
Nyatanya, lebih dari 50% ibu yang mengalami postpartum depression mengalami gejala pada saat masih mengandung atau sebelum melahirkan. Tidak setelah melahirkan bayi. Ditambah lagi, bagi kebanyakan ibu, rasa cemas, bukan depresi, adalah sebuah tanda pertama bahwa ibu akan mengalami postpartum depression. Hal tersebut sudah bisa dirasakan seawal kehamilan. Setidaknya hal inilah yang pernah dialami oleh penulis. 

Pada trimester pertama saat tubuh mengalami perubahan hormon akibat adalah janin dalam rahim saat itu emosi menjadi ikut tidak stabil. Rasa sakit, mual, pusing dan perasaan tidak enak lainnya menyebabkan rasa malas dan ingin sendiri. Ketika sendiri inilah muncul pikiran-pikiran buruk akan apa yang terjadi kedepannya nanti. Cemas yang tidak tahu apa penyebabnya ditambah lagi rasa sulit tidur yang tiba-tiba menyerang membuat diri semakin tidak nyaman.

 
PPD
pixabay
Postpartum Depression Tidak Harus Terjadi di Empat Minggu Pertama
Banyak orang yang percaya bahwa postpartum depression akan terjadi selama empat minggu pertama setelah melahirkan. Dan mereka juga percaya bahwa jika mengalami hal ini, ibu tidak perlu untuk mencari bantuan untuk menghilangkannya. Padahal, tidak ada yang jelas dari proses melahirkan, terutama dari gejala dan juga waktunya. Bahkan, dari penelitian yang ada, perubahan bisa saja terjadi di enam bulan pertama atau bahkan di tahun pertama setelah melahirkan. Tidak peduli apapun labelnya, gejala postpartum depression sebaiknya ditangani langsung oleh penjamin kesehatan mental dan juga dukungan dari orang di sekeliling.

Dukungan yang paling mudah adalah menemani sang ibu dan membantu merawat bayi. Menemani disini maksudnya ada setiap saat. Mungkin terasa terlihat manja. Namun ketahuilah gejolak emosi sang ibu bisa muncul kapan saja. Oleh karena itu pendampingan perlu dilakukan setiap saat. Rasa cemas tidak mampu menjadi ibu yang baik adalah perasaan yang paling kerap menyerang sang ibu. Jadi penting bagi si pendamping untuk terus mensupport psikis ibu bahwa dirinya adalah ibu yang hebat.

Postpartum Depression Bukan Satu-satunya Penyakit Setelah Kelahiran
Ada beberapa hal lain yang bisa terjadi pada ibu pasca melahirkan. Beberapa diantaranya adalah kecemasan, obsessive compulsive disorder (OCD), dan juga psikosis postpartum. Ini semua bisa terjadi pada ibu dan juga ayah. Semakin kompleks persoalan hidup maka akan terus melahirkan berbagai penyakit kejiwaan. Dan PPD (Postpartum Depression) ini adalah salah satunya dan yang paling sering terjadi. 

Jangan menghakimi ibu yang terserang PPD karena sejatinya beliau pun tidak ingin hal itu terjadi pada dirinya. Tidak ada yang ingin menjadi ibu jahat bagi sang bayi. Kondisi rumah tangga dan hubungan suami istri haruslah di pererat. Begitupula peranan orang-orang disekeliling. Baik itu ibu, ibu mertua, ipar bahkan tetangga. Saling care satu sama lain akan menjadi healing terbaik bagi ibu PPD.

PPD
pixabay

Postpartum Depression Bukan Hanya “Baby Blues”
Baby Blues merupakan nama di masa ada perubahan atau penyesuaian emosi yang muncul setelah memiliki bayi. Tapi, baby blues akan hilang dengan sendirinya. Berbeda dengan postpartum depression, ibu akan merasakan sebagian atau semua gejalanya, tapi lebih sering.

Sangat penting untuk mengetahui beragam gejala dari postpartum depression. Penting juga untuk dicatat bahwa tidak semua orang akan mengalami setiap gejalanya, ditambah lagi ada juga gejala klasik depresi seperti menangis dan perubahan makan dan tidur. 

Cara membantu ibu yang terserang PPD adalah 
  1. Beri waktu bagi sang ibu untuk istirahat. 
  2. Jangan menjugde sebelum mengetahui penyebabnya. 
  3. Support ia dengan bantuan nyata seperti membawa makanan dll. 
  4. Jadilah pendengar yang baik. 
  5. Bantu ibu mengurus sang bayi. 
  6. Cairkan suasana agar tidak kaku dan suram. 
  7. Mendengarkan musik atau lantuan ayat suci akan menjadi penenang yang baik. 
  8. Bertemu psikolog untuk mendapat bantuan yang benar.

Back To Top