Teh Dan Kopi

Setiap pagi Teh dan Kopi selalu bertemu. Meskipun udara kala itu masih sejuk, Teh dan Kopi tak perduli. Udara dingin seolah bukan hal yang harus di khawatirkan dan putaran waktu bukanlah ancaman. Teh dan Kopi tetap bercerita tentang pagi, petang dan malamnya.

Teh merasa lebih anggun dari Kopi, mungkin karena Teh berasal dari pucuk daun pilihan, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Seperti gadis yang siap untuk di persunting saja layaknya.

Dan Kopi tak pernah mau mengalah, hal itu karena Kopi merasa bahwa dia adalah proses akhir dari satu perjalanan menuju kedewasaan. Ditambah dengan hitamnya membuat Kopi menjadi lebih gagah dan lebih berani mengungkapkan apa yang dirasakannya. Tak perduli bahwa itu benar atau salah. Kopi tetap dengan pendiriannya. Apakah Kopi angkuh?. Tidak, Kopi tidak angkuh. Kopi hanya merasa sedikit lebih pandai, lebih berani dan lebih berpengalaman dari apapun.

Lalu bagaimana dengan Teh? hmm Teh yang santai, Teh yang tidak terburu-buru dan selalu berfikir sebelum mengambil keputusan. Teh selalu mendengar ocehan Kopi, Teh tidak mau membantah, berlembut kata dan bermanis bahasa. Padahal Teh memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Kopi dan Teh menunggu saat yang tepat untuk bisa membuat Kopi mengerti bahwa tidak selamanya kekerasan harus dibalas dengan hal yang sama. Ah ternyata Teh lebih cerdik dari Kopi.

Akhirnya apakah Teh dan Kopi akan bersatu? Teh rasa tidak, sebab terlalu banyak perbedaan dan hanya sedikit persamaan. Persamaan itu hanyalah Kafein. Yah, hanya itu persamaan Teh dan Kopi. Dan karena Kafein itulah yang menyebabkan Teh dan Kopi selalu bertemu dalam tiap pagi, petang ataupun malam.
Back To Top