KEAMPUHAN RUMPUT LAUT

Keanekaragaman hewan dan tumbuhan laut sangat variatif, bermacam-macam jenis hewan dan tumbuhan laut yang semakin mengayakan alam Indonesia. Salah satu flora yang hidup di dasar laut adalah rumput laut. Jenis rumput laut yang akan kita bahas kali ini adalah jenis Thalassia Hemprichii. Menurut pengamatan Maruni Wiwin Diarti seorang ilmuwan yang lahir di Selong, ibukota Lombok Timur ada semacam antagonisme di antara bakteri laut. Laut dengan baragam keanekaragaman organisme adalah sumber penting bagi senyawa biologi aktif. Sama halnya rumput laut thalassia hemprichii yang memiliki metabolisme primer dan sekunder.

Hasil metabolisme primer yang sudah dikenal dari tanama ini adalah agar-agar dan karaginan. Sedangkan metabolisme sekunder memiliki sifat toksid dan racun, tapi zat-zat itu bisa menjadi obat. Metabolisme yang terkandung dalam rumput laut berpotensi sebagai antimikroba dan diolah menjadi berbagai jenis obat-obatan. Obat itu antara lain untuk antibakteri, antifungal, antiviral,antitumor, anti-inflammatory, anti-convulsant dan zat sedatif atau penenang/penawar.
Rumput laut memang mengandung perlbagai iodium, protein , vitamin C dan mineral, serta mempunyai sifat antibakteri, antitumor,alginat, tannin, fenol, dan auxin. Zat yang merangsang pertumbuhan dan zat yang dapat mengontrol polusi logam beratpun terdapat pada rumput laut thalassia hemprichii.

Namun jangan dibayangkan jika ingin mendapat semua khasiat itu cukup mengkonsumsi bulat-bulat rumput laut. Hal ini jelas salah. Wiwin Diarti harus mengolah Rumput laut menjadi ekstrak, yaitu kultur prime rumput laut tersebut ditanam bagian akarnya, batang dan daunnya para permukaan lempeng NASW (Nutrient Agar Sea Water) yang diatur temperaturnya sebesar 20 derajat selama dua hari. Setelah itu baru didapatkan ekstrak dari rumput laut yang kemudian diteteskan pada kertas filter steril. Rumput laut yang sudah disterilkan berpotensi seratus persen mampu membunuh infeksi bakteri.

Ini merupakan satu lagi bukti bahwa masih banyak ragam tumbuhan baik didarat maupun dilaut yang dapat diolah dan diambil manfaatnya untuk kesehatan manusia. Hanya saja masih jarang orang Indnesia yang tahu dan mengkaji bidan gini secara lebih mendalam, karena pelbagai faktor. Mulai dari fasilitas yang belum memadai hingga sumber daya manusianya yang kurang.
Tag : artikel
Back To Top