Pengamen yang sombong

Sore itu dalam perjalanan pulang dari kota Pekanbaru aku menaiki bis kelas ekonomi, maklum orang elit alias ekonomi sulit sepertiku menaiki bis yang apeknya seperti beras yang tertimbun puluhan tahun ini sudah cukup memadai untuk membawaku pulang ke kota Medan.

Bis mulai bergerak perlahan membelah senja ditemani hiruk-pikuk suara penumpang yang berceloteh tak jelas dengan bahasa daerah yang lebih dari satu ini cukup membuatku semakin sesak, untuk menghilangkan jenuh aku memilih memandang keluar jendela yang kelihatan buram oleh debu.

Ditengah hiruk pikuk penumpang aku melihat seorang pemuda menenteng gitar sederhananya. "Hmm.. musisi jalanan" pikirku memperhatikan gerak lakunya, semenit kemudian aku dengar dia bermukadimah sebelum melantunkan tembang kesayangannya.

Setelah selesai menyanyikan 3 buah lagu, pemuda itu kemudian mengeluarkan kantong plastik bekas dan disodorkan kepada para penumpang berharap agar ada yang memberinya sedikit uang sebagai penghargaan atas 3 buah lagu yang sudah dinyanyikannya barusan.

Aku yang duduk di bagian tengah segera merogoh kantong, dan oh, aku ingat kalau aku gak punya uang kecil. suer deh, hanya nominal 50ribu dan 100 ribu yang ada di kantongku. aku cari lagi tapi nihil. Aku memang tidak punya uang kecil. Aku rasa terlalu berlebihan kalau aku harus memberinya 50 ribu untuk 3 buah lagu yang dinyanyikannya.

Kemudian aku teringat pada Aqua gelas milikku. ada 2 Aqua gelas dan 2 botol Aqua kecil yang aku miliki. Aku fikir salah satu nya akan aku berikan pada pengamen tersebut karena dia pasti haus setelah bernyanyi. Jadi air ini aku harap bisa menghilangkan rasa hausnya kala itu.

"Bang, aku kasih air aja ya" kataku sambil menyodorkan Aqua gelas yang kumiliki.
"Udah, gak usah!" katanya dengan muka masam. Dia menolak pemberianku dan langsung ngeloyor pergi.

aku jadi bengong persis sapi gak dapet rumput.
Apa aku salah ? atau dianya yang sombong ? kalo emang gak mau ya bilang donk, jangan main kabur aja. Aku kesal dan memasukkan kembali Aqua itu ke dalam tasku.

Bis terus melaju kencang aku masih lagi teringat pengamen itu, membandingkannya pada 2 orang anak kecil yang pernah datang ke rumahku dan hanya meminta 2 gelas air karena mereka sudah kehausan setelah seharian jalan dan mengharap belas kasihan orang.

Pengamen dan 2 gadis kecil itu mempunyai profesi yang sama, mereka sama-sama mengharap pemberian orang dan aku tidak pernah memandang hina profesi seperti ini, karena menurutku mungkin dengan cara seperti itulah mereka mengais rezeki, tapi sikap pengamen itu bikin aku kesal, masih jadi pengamen aja sudah sombong, gimana kalau jadi pejabat ya..?

halaaah postingan sudah mulai ngaco. udah deh segini aja curhatannya ya..

Tag : curahan hati
Back To Top